Sering aku bertanya pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang dipikirkan
oleh orang dewasa termasuk orang tua kita sendiri? Kadang aku mencoba untuk
menelaah setiap perbuatan dan perkataan mereka, tapi walau bagaimanapun aku
tetap tak paham dan tak menemukan jawaban yang membuat aku puas.
Akhir-akhir ini aku merasa keluargaku sedikit beda. Ya, aku
merasakannya, aku kangen hal-hal yang dulu sering orang tuaku lakukan dulu.
Terkhususnya Papa, aku gak mengerti kenapa Papa saat ini bisa memilih jalan yang
pada dasarnya kalau aku yang berpikir, semua yang Papa lakukan itu seperti
sekarang ini adalah sia-sia dan nyaris susah setidaknya untuk mendapatkan
kategori factor keberuntungan.
Aku melihat Papa udah punya itu, merasakan ini, punya ini, coba yang ini,
dan mendapatkan yang itu. Apa sebenarnya yang ingin dikejar? Bukankah pilihan
Papa yang sekarang ini hanya dapat menambah beban dan pertanggung jawaban yang
besar dihadapan Allah nantinya? Ntah karena faktor pola pikirku yang masih
dangkal atau apa, awalnya aku sangat tidak setuju, bukan hanya aku, tapi
keluarga yang lain juga. Terus terang aku merasa “glek” ketika Papa memutuskan
untuk mengabdi kepada masyarakat sebagai calon legislative tahun ini.
Yang aku rasakan beda adalah Papa udah mulai jarang ngajak solat jamaah
dirumah bersama, mungkin karena sibuk, udah jarang bangunin aku untuk solat
subuh (padahal kan pengen dibangunin dan kangen dipercik-percikkan air ni muka
kalau gak bangun J) , Papa juga
udah mulai kurusan, dulu walaupun Papa sering puasa sunah tetap aja badannya
gendut, laaah sekaranng sejak sibuk sosialisasi udah Nampak kali kurusannya.
Aaaaaa…. Aku pengen Papa yang gendut L Sekarang juga, ibu udah sering marah-marah gaje gegara ntu caleg,
kayaknya emang ribet kalau dapat aktifitas baru dalam keluarga ini.
Detik-detik pemilu semakin dekat 9 April mendatang dan Papa pun semakin
sibuk untuk sosialisasi ke tempat-tempat. Yang aku lihat Papa hampir tiap hari
pulang tengah malam karena sibuk sosialisasi sanasini, pergi pagi pulang tengah
malam, kebanyakan segala upaya dikerjakan sendiri dan dibantu oleh beberapa
anak buahnya saja.
Melihat banyaknya orang-orang yang ingin jadi caleg membuat rasa optimis
ku sama Papa untuk menang sedikit menciut. Mungkinkah Papa bisa dapat kursi??
Ditambah lagi orang-orang saingan Papa adalah orang-orang yang kekayaannya
diatas rata-rata alias super kaya. Aku berpikir, zaman sekarang mudah saja orang
bermain politik dengan uang, sejujur apapun pemilu pasti bisa diputar balikkan
dengan uang. Aku takut pencalonan Papa akan berakhir dengan sia-sia dan uang
yang dikeluarkan terkesan dihambur-hamburkan untuk membeli segala macam bentuk
peralatan kampanye seperti baliho, spanduk, kalender, pakaian, dll. Mending
uang yang dipake buat pencalegan itu dipake buat sedekah yang kesannya lebih
bermanfaat. Itu yang aku pikirkan.
Ah, pusing ah, kok aku bisa ikut campur masalah ginian. Pokoknya segala
macam persepsi sedang berkelabang dan berkecamuk dikepala aku, menerka-nerka
apa yang akan terjadi, menerka-nerka berapa persen kerugian dan keuntungan,
berapa banyak kemubaziran dan seberapa pentingkah keyakinan dan rasa optimis
itu diperlukan.
Setiap orang bilang rasa optimis itu akan menuai hasil yang spektakuler, setiap
prasangka baik itu akan ada jalan kesuksesannya. Tapi banyak diluar sana orang
yang optimis dan berprasangka baik namun hasilnya mengecewakan juga. Jujur aku
gak ingin itu terjadi pada Papaku, aku gak ingin melihat papa kecewa. Aku
hargai, Bagaimanapun ini adalah
keputusan Papa, sebanyak apapun usaha yang dikerahkan, materi yang dikeluarkan,
dukungan yang diberikan, kalau tidak ada rasa optimis dan keyakinan di dalam
hati untuk menang ya apa gunanya. Setidaknya berani mencoba dan berusaha
menerima segala konsekuensi yang ada kedepannya karena segala sesuatu itu gak
akan kita tahu hasilnya tanpa dicoba terlebih dahulu.
Aku mendukung Papa penuh, aku
yakin dengan semangat Papa, walaupun orang di luar sana banyak yang mencemeeh
Papa dan menganggap enteng Papa sebelah mata, aku yakin tujuan dan niat Papa
baik. Aku berharap jika orang tidak
memilih Papa dikarenakan surga dunia, kecurangan ataupun sogok menyogok, aku
berdoa sama Allah agar Allah dan para malaikat diatas sana bersedia membantu dan
memilih Papa. Tapi jika takdir memang berkata tidak kepada Papa untuk mengabdi
kepada masyarakat, aku juga berdoa semoga Papa akan terus tetap mengabdikan
segalanya untuk kesejahteraan keluarga dan orang sekitanya sehingga kita bisa
sama-sama saling mendukung dan saling mendoakan hingga menuju jannahnya kelak.
SEMANGAT BUAT PAPA YANG SEDANG BERJUANG!!! semoga ALLAH selalu memberikan kesehatan dan
meringankan segala usaha dan langkah Papa. Mudah-mudahan juga segala upaya
menuai berkah dan apapun hasil yang akan terjadi semoga itulah yang terbaik.
No comments:
Post a Comment