Thursday, 13 March 2014

Sekarang Telah Berbeda


Sering aku bertanya pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang dipikirkan oleh orang dewasa termasuk orang tua kita sendiri? Kadang aku mencoba untuk menelaah setiap perbuatan dan perkataan mereka, tapi walau bagaimanapun aku tetap tak paham dan tak menemukan jawaban yang membuat aku puas.

Akhir-akhir ini aku merasa keluargaku sedikit beda. Ya, aku merasakannya, aku kangen hal-hal yang dulu sering orang tuaku lakukan dulu. Terkhususnya Papa, aku gak mengerti kenapa Papa saat ini bisa memilih jalan yang pada dasarnya kalau aku yang berpikir, semua yang Papa lakukan itu seperti sekarang ini adalah sia-sia dan nyaris susah setidaknya untuk mendapatkan kategori factor keberuntungan.

Aku melihat Papa udah punya itu, merasakan ini, punya ini, coba yang ini, dan mendapatkan yang itu. Apa sebenarnya yang ingin dikejar? Bukankah pilihan Papa yang sekarang ini hanya dapat menambah beban dan pertanggung jawaban yang besar dihadapan Allah nantinya? Ntah karena faktor pola pikirku yang masih dangkal atau apa, awalnya aku sangat tidak setuju, bukan hanya aku, tapi keluarga yang lain juga. Terus terang aku merasa “glek” ketika Papa memutuskan untuk mengabdi kepada masyarakat sebagai calon legislative tahun ini.

Yang aku rasakan beda adalah Papa udah mulai jarang ngajak solat jamaah dirumah bersama, mungkin karena sibuk, udah jarang bangunin aku untuk solat subuh (padahal kan pengen dibangunin dan kangen dipercik-percikkan air ni muka kalau gak bangun J) , Papa juga udah mulai kurusan, dulu walaupun Papa sering puasa sunah tetap aja badannya gendut, laaah sekaranng sejak sibuk sosialisasi udah Nampak kali kurusannya. Aaaaaa…. Aku pengen Papa yang gendut L Sekarang juga, ibu udah sering marah-marah gaje gegara ntu caleg, kayaknya emang ribet kalau dapat aktifitas baru dalam keluarga ini.

Detik-detik pemilu semakin dekat 9 April mendatang dan Papa pun semakin sibuk untuk sosialisasi ke tempat-tempat. Yang aku lihat Papa hampir tiap hari pulang tengah malam karena sibuk sosialisasi sanasini, pergi pagi pulang tengah malam, kebanyakan segala upaya dikerjakan sendiri dan dibantu oleh beberapa anak buahnya saja.  

Melihat banyaknya orang-orang yang ingin jadi caleg membuat rasa optimis ku sama Papa untuk menang sedikit menciut. Mungkinkah Papa bisa dapat kursi?? Ditambah lagi orang-orang saingan Papa adalah orang-orang yang kekayaannya diatas rata-rata alias super kaya. Aku berpikir, zaman sekarang mudah saja orang bermain politik dengan uang, sejujur apapun pemilu pasti bisa diputar balikkan dengan uang. Aku takut pencalonan Papa akan berakhir dengan sia-sia dan uang yang dikeluarkan terkesan dihambur-hamburkan untuk membeli segala macam bentuk peralatan kampanye seperti baliho, spanduk, kalender, pakaian, dll. Mending uang yang dipake buat pencalegan itu dipake buat sedekah yang kesannya lebih bermanfaat. Itu yang aku pikirkan.

Ah, pusing ah, kok aku bisa ikut campur masalah ginian. Pokoknya segala macam persepsi sedang berkelabang dan berkecamuk dikepala aku, menerka-nerka apa yang akan terjadi, menerka-nerka berapa persen kerugian dan keuntungan, berapa banyak kemubaziran dan seberapa pentingkah keyakinan dan rasa optimis itu diperlukan.

Setiap orang bilang rasa optimis itu akan  menuai hasil yang spektakuler, setiap prasangka baik itu akan ada jalan kesuksesannya. Tapi banyak diluar sana orang yang optimis dan berprasangka baik namun hasilnya mengecewakan juga. Jujur aku gak ingin itu terjadi pada Papaku, aku gak ingin melihat papa kecewa. Aku hargai,  Bagaimanapun ini adalah keputusan Papa, sebanyak apapun usaha yang dikerahkan, materi yang dikeluarkan, dukungan yang diberikan, kalau tidak ada rasa optimis dan keyakinan di dalam hati untuk menang ya apa gunanya. Setidaknya berani mencoba dan berusaha menerima segala konsekuensi yang ada kedepannya karena segala sesuatu itu gak akan kita tahu hasilnya tanpa dicoba terlebih dahulu.

 Aku mendukung Papa penuh, aku yakin dengan semangat Papa, walaupun orang di luar sana banyak yang mencemeeh Papa dan menganggap enteng Papa sebelah mata, aku yakin tujuan dan niat Papa baik. Aku  berharap jika orang tidak memilih Papa dikarenakan surga dunia, kecurangan ataupun sogok menyogok, aku berdoa sama Allah agar Allah dan para malaikat diatas sana bersedia membantu dan memilih Papa. Tapi jika takdir memang berkata tidak kepada Papa untuk mengabdi kepada masyarakat, aku juga berdoa semoga Papa akan terus tetap mengabdikan segalanya untuk kesejahteraan keluarga dan orang sekitanya sehingga kita bisa sama-sama saling mendukung dan saling mendoakan hingga menuju jannahnya kelak.

SEMANGAT BUAT PAPA YANG SEDANG BERJUANG!!!  semoga ALLAH selalu memberikan kesehatan dan meringankan segala usaha dan langkah Papa. Mudah-mudahan juga segala upaya menuai berkah dan apapun hasil yang akan terjadi semoga itulah yang terbaik.

No comments:

Post a Comment