Ini sungai kami, tempat kami dahulu selalu menggantungkan hidup
disela-sela rutinitas kami. Tempat kami mandi, mencuci pakaian, tempat
anak-anak kami bermain riang, tempat minum berbagai jenis makhluk hidup, dan
sekaligus menjadi tempat hidup segala macam jenis makhluk air yang berada
didalam sungai.
Ini sungai kami, diujung sana terdapat air terjun yang indah, tak jauh dari sana terdapat air mata
air yang begitu terjaga oleh rerimbunan semak dan tertutupi oleh sulur-sulur pohon
yang saling mengait satu sama lain. Menurut leluhur moyang kami, kami menemukannya
kala itu ketika ingin menebang bambu. Kemudian kami berpikir dan akhirnya memutuskan
untuk bergotong royong bersama beberapa pemuda dan tetua untuk membuat sekat
pembatas antara air sungai dan air mata air agar kami mudah untuk meraih dan meminum
airnya.
Ini sungai kami, sungai ini menjadi tempat persinggahan yang paling
nyaman ditambah lagi banyak para petani kecil yang lewat untuk mengambil air
mata air dan dibawa ke tempat bekerja. Kami percaya bahwa air itu adalah air
suci yang Tuhan berikan dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal ini
membuat pikiran kami kian terbuka, kami berinisiatif untuk membuat pondok
singgah. Kami kembali bergotong royong. Membuat anyaman sebagai dinding,
membuat rangka dan pondasi dari kayu yang kami tebang, kemudian mengumpulkan dedaun
kering pohon kelapa untuk dijadikan atap. Kami bangun pondok singgah itu
disamping air mata air yang tenang. Tampak serasi dan indah.
Ini sungai kami, semilir angin datang menerbangkan dedaunan kering dari
rantingnya. Udara dingin seakan menyergap masuk melalui ubun-ubun. Hingga
membuat refleks tubuh menggigil dingin. Begitu indahnya irama aliran sungai hingga
membuat pendengaran terasa segar. Saat
ini kami merasakan kaya akan kenikmatan yang Tuhan beri, bertahun-tahun lamanya
sungai ini yang membuat kami tetap bertahan hidup, air mata airnya dengan
sekali tegukan dapat menghilanngkan dahaga yang sangat dengan seketika. Segala
aktifitas dapat terlihat pula sejak pondok singgah dibangun dan hingga saat ini
terus berlanjut, mulai dari para petani yang singgah ketika ingin makan siang,
duduk istirahat dan bahkan menjadi tempat untuk beribadah menghadap illahi.
Bukankah itu adalah pemandangan yang menakjubkan?
Ini sungai kami, jernih dan beningnya air dapat membuat kami bercermin melihat rupa . Adakah sungai kalian yang bisa
seperti itu? Sungai kami seakan hidup. Deburan air terjun yang jatuh menambah
hebohnya kegembiraan alam seolah-olah alam berbicara dan mengucapkan rasa
terima kasih yang sangat karena telah menjaganya.
Ini sungai kami, suara serangga, burung-burung yang berkicau, riuh
angin, deburan air nan jatuh termasuk suara-suara malaikat seakan menyatu
dengan alam sungai ini. Betapa indahnya ciptaan Tuhan ini. Rimbunnya pepohonan
kayu dan bambu seakan ikut menjaga dan menutupinya dari dunia luar. Ya, alam
tau bahwa manusia begitu serakah dan tidak pernah puas. Alam menjauhkannya dari
jangkauan manusia serakah, sungai kami bak ditutupi tabir hingga tak satupun
dunia luar yang meilhatnya apalagi ingin merusak dan mengambilnya dari kami.
Sungguh, ini sungai kami, kami juga tak merasa keberatan berbagi
kebahagiaan jika ada yang datang ingin merasakan kenikmatan alam yang kami
tinggali kerena setiap orang berhak untuk bahagia akan karunia Tuhan. Yang penting,
mari sama-sama kita menjaga alam yang indah ini. Lihatlah air di sungai itu,
pantulan cahaya mentari di permukaan sungai seakan diapungi oleh batu-batu
mutiara lautan. Sungai ini sudah seperti bingkai kehidupan kami yang jika
bingkai itu hilang maka tak akan ada tempat kami untuk begantung dan berdiri.
Ini sungai kami dan lihatlah apa yang sekarang terjadi! Tiba-tiba saja
sungai kami berubah keruh kecoklatan termasuk air mata air dan pondok singgah
kami yang sudah hancur tertimpa pepohonan raksasa yang habis ditebang. Bahkan
terkadang sungai kami berubah warna seperti warna pelangi. Sungai kami tak lagi
berbentuk, kerikil dan pasirnya habis dikeruk paksa. Apakah yang terjadi? Kami
hanya orang awam yang tak paham dengan kecanggihan teknologi, yang kami tau
hanya hidup damai dan sejahtera. Oh, jadi kalian orangnya, orang dari dunia
luar yang menyingkap tabir dari atas udara. Benar, kalian begitu pintar tapi
licik dan picik akalnya, padahal kita sama-sama manusia. Tak taukah kalian
kalau ini harus dijaga? Sungguh kami tidak sejalan dengan pikiran kalian yang
terlampau hebat dan jenius.
Dan sekarang sungai kami seperti ini, lihat!! Anggota keluarga kami
mulai tergerogoti penyakit aneh karena terpaksa harus mengonsumsi air sungai
sumber kehidupan kami satu-satunya. Kalian yang berotak jenius hanya mampu
mempertebal kantong sendiri dan tak menghirukan kami yang sama-sama manusia
seperti kalian.
Ini sungai kami yang dulu adalah tempat kami tumbuh besar. Sekarang,
kepada siapa kami mengadu dan meminta pertanggungjawaban. Kami sadar, kami
adalah rakyat jelata yang tak diakui keberadaannya. Suara yang tak didengar dan jika kami terlalu
banyak bicara maka disaat kami sedang tertidur lelap maka akan datang orang tak dikenal yang kapan
saja dapat memutuskan urat leher kami dalam hitungan detik secara misterius.
Ini sungai kami tempat kami menyambung hidup merasakan sejahtera. Tapi
sekarang berubah, kami hidup dalam ketakutan,terkekang, dan seperti tinggal
menunggu ajal menjelang. Hutan yang selama ini menjaga keindahan alam dan kami,
kini hilang habis ditebang bak ditelanjangi oleh keserakahan. Semua pohon yang
mengintari sungai dipotong dan dibawa pergi oleh makhluk-makhluk baja beroda
raksasa ditambah lagi suara khasnya yang sangat memekakkan telinga kami. Dari
kejauhan kami hanya bisa memantau dan melihat tanpa kekuatan, disana ada seorang yang berbadan besar dan
bertubuh gemuk padat yang sedang asyik menyuruh anak buahnya dengan tangan yang
diacungkan kesana-kemari ditambah lagi ia mengeluarkan suara yang keras dan
lantang.
Ini sungai kami yang keindahannya hanya tinggal kenangan. Tolong
kembalikan sungai kami, kami juga ingin hidup bahagia bersama keluarga yang
kami cintai.
terusterang saya sangat sedih kalau melihat indonesia sekarang, dulu indonesia pernah di juluku paru-paru dunia tapi saat ini indonesia bukan paru paru dunia lagi, indonesia saat ini di kuasai oleh oleh orang orang rakus. marilah kita bersahabat dengan alam jika kita bersahabat dengan alam insyaAllah alam juga akan bersahabat dengan kita, semoga di pulau kecil kami alamnya tetap asri amin.
ReplyDelete