Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillah...hari
ini aku pengen curhat tentang sesuatu. Memang terkesan childish jika aku share kepada
para pembaca, namun setidaknya bisa diambil pelajaran. Aku harap begitu :)
Mungkin
bisa dikatakan aku adalah orang yang hanya dekat dengan beberapa orang saja. Berteman
pada siapapun itu pasti akan tetapi yang bener-bener banyak menghabiskan waktu bersama berbagi suka duka tentunya akan dianggap lebih dari seorang teman. Bagi aku berteman itu tentang siapa yang
tinggal dan mau menerima kita apa adanya selain baik, setia kawan atau hal-hal
positif lainnya.
Bersahabat
dengan orang-orang, menjalin hubungan baik adalah sesuatu yang amat berarti
buat aku, bahkan terkadang aku berusaha untuk bisa melakukan suatu hal terbaik
agar orang yang aku sayang bisa senang. Sedikitpun tidak, TIDAK sama sekali aku
berharap balasan terhadap apa yang aku beri atau yang aku terima. Jika
menyanggupi, semua akan aku coba usahakan.
Tapi
bagaimana bila waktu, tenaga, materi dan kesempatan udah kamu usahakan ‘ada’
namun tidak dihargai sedikit saja atau tidak menepati janji yang telah
disepakati?? Apa yang dirasakan??
Kecewa...
Mungkin
aku gak akan seterlalunya kecewa. Tapi memang saat-saat itu adalah kondisi yang
tidak memungkinkan untuk aku seorang diri, ditambah lagi orang-orang terdekat
tidak menepati janji sebagaimana mestinya. Jadinya double problem yang bikin suasana hati gak karuan. Entahlah...
awalnya aku masih bisa sabar, lebaynya mencoba tegar gak mau mewek. Tapi apalah
daya dari sononya emang gampang nangis kalau ada hal-hal yang buat kecewa
banget. Sepertinya udah kodrat cewek banget yaa...kalau sedih itu nangis. Huhu.
Memang
tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada hidup tanpa masalah dan kesalahpahaman.
Tapi jika seseorang telah mengupayakan sesuatu apakah harus dicuekin
seolah-olah tidak peduli? Ketika kita telah to
the point agar mereka paham pun,
seakan-akan mereka tuli dan pura-pura tak tau. Jika mereka berpikir aku bisa
melakukan segalanya sendiri untuk apa aku meminta bantuan yang bahkan kita
rencanakan bersama? Yang dengan kerendahan hati aku yang meminta tolong padahal
ini kesepakatan bersama???
Huffttt...
Jauh...malam
itu entah mengapa aku berpikir untuk mencari kegiatan, berniat untuk belajar
masak bareng teman-teman dekat. Namun karena kurang satu member yang sedang
berada di kampung maka teman-teman yang stay
bersama disini menawarkan agar dilakukan ketika formasi sudah lengkap
semua. Mereka pada setuju dan sangat bersemangat. Awalnya mungkin hanya
kami-kami saja. Tapi mereka merasa kurang seru jika hanya dilakukan oleh
kita-kita saja. Maka mereka request
untuk dilakukan bersama beberapa anak kelas yang masih stay di Pekanbaru dan itu atas kesepakatan bersama. Masak
bareng-bareng dengan menu-menu yang akan dibuat bersama.
Gak
ada yang menyulitkan, aku menunggu dan menyempatkan waktuku. Kegiatan dilakukan
di rumahku dan bahan makanan Ibuku sediakan. Kita hanya tinggal mengolah.
Makasi Ibu....
Mungkin
itu adalah saat-saat yang excited banget
buat aku karena setelah beberapa waktu gak punya rutinitas khusus lagi semenjak
selesai kuliah, jarang ketemu, akan bertemu sohib-sohib untuk masak bareng dan
bertemu beberapa teman yang masih stay
di Pekanbaru. Kemudian informasi untuk makan bareng pun disebar ke grup WA kelas h-3.
Hari
yang dinanti pun tiba, semua sohib sudah berada disini. Tepatnya hari Sabtu
malam 31 Maret 2018 kegiatan akan diadakan.
Aku
dan Ibu sudah mempersiapkan semuanya, dari mulai belanja hingga mempersiapkan
dan mengolah sedikit bahan makanan berat ketika hari Jumat tengah malam agar
keesokan harinya lebih mudah dan bisa lebih cepat.
Pagi
Sabtu aku dan Ibu ke pasar lagi, jujur... Ibuku terlihat bersemangat membantu
aku mempersiapkan semuanya. Padahal hanya kegiatan kecil-kecilan :D walaupun kondisi
Ibu dalam keadaan sakit kaki yang masih belum kunjung sembuh :’)
Pagi
pun berlalu menjadi siang hari yang terik. Jam pun sudah menunjukkan pukul satu
siang. Aku masih menunggu kehadiran mereka datang untuk masak bareng. Senang...
karena beberapa menit kemudian akhirnya salah satu member merespon di chat WA
kapan harus datang dan apa yang harus dibantu. Aku pun mengatakan sekarang
juga! Mereka pun menjawab bahwa ada resepsi pernikahan yang harus mereka
datangi dan mungkin akan terlambat :) ketika itu aku hanya bisa pasrah dan
mengatakan secara to the point kalau
aku saja tidak menghadiri acara pernikahan senior aku karena akan masak bareng
mereka. See... mereka tidak peduli.
Harapan
ternyata hanya jadi wacana... disaat aku menununggu kehadiran mereka aku
mengangsur apa yang bisa aku lakukan, tidak lupa dibantu Ibuku. Sekali lagi
Ibuku masih dalam keadaan sakit. Dan kondisi ini yang membuat aku sedih parah
banget karena harus merepotkan Ibu walaupun sebenarnya Ibu terlihat bersemangat
dengan pekerjaan seperti ini. Tapi tetap saja....Uuuhh....sedih :’(
Hape
selalu aku letakkan disamping sambil meramu setiap masakan, beberapa kali aku mengecek
hape dan berharap mereka menginformasikan diri jika akan segera tiba. Tapi
tidak terlihat ada tanda-tanda. Tak ingat pasti pukul berapa, aku kembali
mengingatkan mereka melalui WA kapan akan datang dan memasak bareng. Sekali
lagi mereka gak peduli dan bertanya hanya untuk basa-basi. Sejam kemudian
sekitaran siap ashar mereka mengatakan akan segera otw tapi realitanya tidak
begitu.
Aku
masih menunggu....
Aku
masih sibuk berkecimpung berdua bersama Ibu di dapur, sesekali aku meminta
bantuan adik-adikku untuk membeli tambahan makanan lainnya. Makan siang pun
sampai terlupa karena mempersiapkan segalanya. Jam lima sore semuanya telah
selesai, makanan, minuman dan karpet telah dibentang. Walaupun teman yang diundang
hanya beberapa orang saja, tapi niat Ibuku membantu luar biasa...mungkin karena
aku juga belum pernah mengundang teman-teman secara spesial untuk makan bersama
di rumah.
Setelah
semua selesai, aku langsung menuju kamar. Entahlah....jujur.... letih dan lapar tidak
terasa lagi. Entah kenapa perasaan kecewa terasa begitu berat dibanding
semuanya. Aku benar-benar sedih, ternyata apa yang diharap tidak sesuai dengan
espektasi. Bodohnya sampai nangis terisak-isak. Mungkin ini terkesan lebay,
tapi inilah yang sesungguhnya yang aku rasakan.
Dan
mereka pun datang... pas sebelum adzan maghrib berkumandang. Aku mengintip
lewat jendela kedatangan mereka ketika memasuki pagar rumahku. Entah kenapa
semakin pecah saja tangisan bodoh kayak gini. Mungkin inilah bukti kalau kamu
dikecewakan sama orang yang kamu harapkan.
Kedatangan
mereka benar-benar tidak ada aku sambut. Bukan karena aku tidak menghormati
tamu, tapi aku tak bisa melihat mereka dalam keadaan kecewa kaya gini. Aku mengurung
diri di kamar beberapa saat. Berkali-kali mereka telpon enggan aku angkat.
Biarlah mereka, mengapa aku harus peduli disaat mereka mengabaikan aku? Pikirku.
Adikku
sudah menyuruh aku bertemu mereka yang telah menunggu, melihat sikap aku yang
aneh adikku sampai bertanya-tanya. Dan aku pun benar-benar gak tahan hingga melalui
grup WA khusus ‘kami’ saja, aku mengirim chat, “Kenapa kalian baru datang?
Janji kita semalam gak kayak gini :’( :’( :’( aku demi kalian semua aku
tinggalin :’( tapi kalian demikian. Semua udah selesai, kalian tunggu aja.” Dan
seperti biasa kata maaf sebagai pelipur dari mereka plus dengan alasan acara
baralek tak terduga dari mereka. Senyumin aja...
Mengapa
mereka bener-bener setega ini? pikirku. Membiarkan aku menyiapkan segalanya
sendiri padahal ini adalah kegiatan bersama yang telah dijanjikan, mengapa
mereka baru datang ketika maghrib? Apa yang ada dipikiran mereka saat itu??
apakah mereka ingin memulai memasak bada maghrib? apakah mereka tidak
memikirkan kalau aku sendiri??
Seperti
aku yang punya hajatan, padahal rencananya adalah kegiatan belajar masak yang
hasilnya akan dicicipi oleh anak kelas. Jika aku kejam mungkin saja semua telah
aku batalkan secara sepihak, tapi dikarenakan sudah terlanjur mengundang yaa
begitulah... mungkin sudah rejeki mereka. Semoga Allah balas segala letih dan
niat berserta kesediaan Ibuku.
Terima
kasih Ibu yang telah bantuin aku menjamu teman-teman, maafkan anakmu ini yang
suka sekali merepotkan. Jujur, dalam kegiatan kami ini tak ada niatan sama
sekali membuat Ibuku ikutan sibuk-sibuk karena kami yang akan bekerja. Kalau tau
akan seperti ini mungkin gak perlu menambah kecapekan Ibu, karena jujur pun aku tidak ingin sibuk-sibuk sendiri
jika tidak ada yang membantu kecuali emang buat hajatan pribadi keluarga.
Hufftt....
Mungkin
dikecewakan oleh teman adalah hal yang lumrah. Maafan lalu selesai. Tapi yang
namanya kecewa pasti akan terus teringat. Namanya juga hubungan, tidak ada
hubungan yang baik-baik saja dan kalau baik-baik saja pasti ada sesuatu yang
dipendam. Namun, jika seorang teman telah mengupayakan yang tebaik cobalah liat
dan diperhatikan, apa yang akan kita rasakan bila kita berada diposisi orang
yang kita kecewakan.
Janganlah
banyak alasan ketika telah lebih dahulu membuat janji dan jika ada sebuah
alasan yang rasional mungkin akan masuk akal. Tapi kalau dengan alasan hape
rusak padahal punya hape lain untuk menghubungi atau pergi baralek yang
sebenarnya bisa diwakilkan apalagi yang mengatakan akan pergi baralek sekitar jam
1 siang tapi baru sampai dirumah maghrib, itu sangatlah tidak rasional sekali,
yang katanya otw dari jam 4 sore tapi baru datang magrib makin tidak rasional
lagi. Karena jarak rumah yang hanya sekitar 15 menit dan kalau macet paling 20
menitan.
Yapp...
aku pun kemudian menyuruh mereka untuk ambil air wudu dan langsung ke kamar aku
untuk solat, kemudian aku pergi mandi. Huift... selesai mandi aku Cuma bisa
memperhatikan wajah mereka satu satu sambil menanyakan kenapa baru datang. Sekali
lagi aku masih mencoba tegar. Mungkin gak separah cerita seoarang anak yang
berulang tahun dimana satupun temannya gak ada yang datang pada pesta ulang
tahunnya. Tapi yang mananya kecewa hanya kita yang rasa.
Memperlihatkan
wajah bahagia pada mereka lain halnya menjadi sebuah topeng hingga acara
selesai karena kekecewaan yang tetap saja terasa. Entahlah bila perasaan kecewa itu
tidak tertahan. Mungkin aku akan lebih mementingkan egoku untuk membatalkan
saja. Wallahualam.
Kalau kata orang kita tidak bisa menilai seseorang dari satu kesalahan. Jika mereka berbuat salah sekali, maka tidak baik langsung men-judge mereka yang tidak-tidak. Bagaimana pun mereka adalah teman dekatku. Yang tau segala baik-burukku. Bercermin diri, aku pun mungkin bukan manusia sempurna, bisa saja aku juga punya salah dimata kalian, tapi masih kalian simpan rapat dan memaafkan aku. Aku juga bukan tipe seorang yang akan lupa kebaikan-kebaikan yang diberi lantas meninggalkan hanya karena satu kesalahan. Tidak ingin punya musuh atau rasa dendam. Bagiku ini semua seperti bumbu-bumbu pemanis yang akan membuat kita semakin dewasa dalam bersikap walaupun sebenarnya pahit terasa diawal.
Kalau kata orang kita tidak bisa menilai seseorang dari satu kesalahan. Jika mereka berbuat salah sekali, maka tidak baik langsung men-judge mereka yang tidak-tidak. Bagaimana pun mereka adalah teman dekatku. Yang tau segala baik-burukku. Bercermin diri, aku pun mungkin bukan manusia sempurna, bisa saja aku juga punya salah dimata kalian, tapi masih kalian simpan rapat dan memaafkan aku. Aku juga bukan tipe seorang yang akan lupa kebaikan-kebaikan yang diberi lantas meninggalkan hanya karena satu kesalahan. Tidak ingin punya musuh atau rasa dendam. Bagiku ini semua seperti bumbu-bumbu pemanis yang akan membuat kita semakin dewasa dalam bersikap walaupun sebenarnya pahit terasa diawal.
Terima
kasih, Hasna, Irvan, Hafri, Firman, Arizal yang telah datang, kalian
mengembalikan mood aku. Dan terima kasih untuk sohibku yang bertiga karena telah
datang dan membantu nyuci piring. Terima kasih untuk semuanya...semoga
kekecewaan seperti ini tidak terasa lagi. Jangan kecewakan orang-orang terdekatmu. Semoga kita bisa berubah menjadi yang lebih baik lagi.
Wassalam
No comments:
Post a Comment