Saturday 14 April 2018

Aku Demi Kalian, Kalian Demikian


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh




Alhamdulillah...hari ini aku pengen curhat tentang sesuatu. Memang terkesan childish jika aku share kepada para pembaca, namun setidaknya bisa diambil pelajaran. Aku harap begitu :)

Mungkin bisa dikatakan aku adalah orang yang hanya dekat dengan beberapa orang saja. Berteman pada siapapun itu pasti akan tetapi yang bener-bener banyak menghabiskan waktu bersama berbagi suka duka tentunya akan dianggap lebih dari seorang teman. Bagi aku berteman itu tentang siapa yang tinggal dan mau menerima kita apa adanya selain baik, setia kawan atau hal-hal positif lainnya.

Bersahabat dengan orang-orang, menjalin hubungan baik adalah sesuatu yang amat berarti buat aku, bahkan terkadang aku berusaha untuk bisa melakukan suatu hal terbaik agar orang yang aku sayang bisa senang. Sedikitpun tidak, TIDAK sama sekali aku berharap balasan terhadap apa yang aku beri atau yang aku terima. Jika menyanggupi, semua akan aku coba usahakan.

Tapi bagaimana bila waktu, tenaga, materi dan kesempatan udah kamu usahakan ‘ada’ namun tidak dihargai sedikit saja atau tidak menepati janji yang telah disepakati?? Apa yang dirasakan??

Kecewa...

Mungkin aku gak akan seterlalunya kecewa. Tapi memang saat-saat itu adalah kondisi yang tidak memungkinkan untuk aku seorang diri, ditambah lagi orang-orang terdekat tidak menepati janji sebagaimana mestinya. Jadinya double problem yang bikin suasana hati gak karuan. Entahlah... awalnya aku masih bisa sabar, lebaynya mencoba tegar gak mau mewek. Tapi apalah daya dari sononya emang gampang nangis kalau ada hal-hal yang buat kecewa banget. Sepertinya udah kodrat cewek banget yaa...kalau sedih itu nangis. Huhu.

Memang tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada hidup tanpa masalah dan kesalahpahaman. Tapi jika seseorang telah mengupayakan sesuatu apakah harus dicuekin seolah-olah tidak peduli? Ketika kita telah to the point  agar mereka paham pun, seakan-akan mereka tuli dan pura-pura tak tau. Jika mereka berpikir aku bisa melakukan segalanya sendiri untuk apa aku meminta bantuan yang bahkan kita rencanakan bersama? Yang dengan kerendahan hati aku yang meminta tolong padahal ini kesepakatan bersama???

Huffttt...

Jauh...malam itu entah mengapa aku berpikir untuk mencari kegiatan, berniat untuk belajar masak bareng teman-teman dekat. Namun karena kurang satu member yang sedang berada di kampung maka teman-teman yang stay bersama disini menawarkan agar dilakukan ketika formasi sudah lengkap semua. Mereka pada setuju dan sangat bersemangat. Awalnya mungkin hanya kami-kami saja. Tapi mereka merasa kurang seru jika hanya dilakukan oleh kita-kita saja. Maka mereka request untuk dilakukan bersama beberapa anak kelas yang masih stay di Pekanbaru dan itu atas kesepakatan bersama. Masak bareng-bareng dengan menu-menu yang akan dibuat bersama.

Gak ada yang menyulitkan, aku menunggu dan menyempatkan waktuku. Kegiatan dilakukan di rumahku dan bahan makanan Ibuku sediakan. Kita hanya tinggal mengolah. Makasi Ibu....

Mungkin itu adalah saat-saat yang excited banget buat aku karena setelah beberapa waktu gak punya rutinitas khusus lagi semenjak selesai kuliah, jarang ketemu, akan bertemu sohib-sohib untuk masak bareng dan bertemu beberapa teman yang masih stay di Pekanbaru. Kemudian informasi  untuk makan bareng pun disebar ke grup WA kelas h-3.

Hari yang dinanti pun tiba, semua sohib sudah berada disini. Tepatnya hari Sabtu malam 31 Maret 2018 kegiatan akan diadakan.

Aku dan Ibu sudah mempersiapkan semuanya, dari mulai belanja hingga mempersiapkan dan mengolah sedikit bahan makanan berat ketika hari Jumat tengah malam agar keesokan harinya lebih mudah dan bisa lebih cepat.

Pagi Sabtu aku dan Ibu ke pasar lagi, jujur... Ibuku terlihat bersemangat membantu aku mempersiapkan semuanya. Padahal hanya kegiatan kecil-kecilan :D walaupun kondisi Ibu dalam keadaan sakit kaki yang masih belum kunjung sembuh :’)

Pagi pun berlalu menjadi siang hari yang terik. Jam pun sudah menunjukkan pukul satu siang. Aku masih menunggu kehadiran mereka datang untuk masak bareng. Senang... karena beberapa menit kemudian akhirnya salah satu member merespon di chat WA kapan harus datang dan apa yang harus dibantu. Aku pun mengatakan sekarang juga! Mereka pun menjawab bahwa ada resepsi pernikahan yang harus mereka datangi dan mungkin akan terlambat :) ketika itu aku hanya bisa pasrah dan mengatakan secara to the point kalau aku saja tidak menghadiri acara pernikahan senior aku karena akan masak bareng mereka. See... mereka tidak peduli.

Harapan ternyata hanya jadi wacana... disaat aku menununggu kehadiran mereka aku mengangsur apa yang bisa aku lakukan, tidak lupa dibantu Ibuku. Sekali lagi Ibuku masih dalam keadaan sakit. Dan kondisi ini yang membuat aku sedih parah banget karena harus merepotkan Ibu walaupun sebenarnya Ibu terlihat bersemangat dengan pekerjaan seperti ini. Tapi tetap saja....Uuuhh....sedih :’(

Hape selalu aku letakkan disamping sambil meramu setiap masakan, beberapa kali aku mengecek hape dan berharap mereka menginformasikan diri jika akan segera tiba. Tapi tidak terlihat ada tanda-tanda. Tak ingat pasti pukul berapa, aku kembali mengingatkan mereka melalui WA kapan akan datang dan memasak bareng. Sekali lagi mereka gak peduli dan bertanya hanya untuk basa-basi. Sejam kemudian sekitaran siap ashar mereka mengatakan akan segera otw tapi realitanya tidak begitu.

Aku masih menunggu....

Aku masih sibuk berkecimpung berdua bersama Ibu di dapur, sesekali aku meminta bantuan adik-adikku untuk membeli tambahan makanan lainnya. Makan siang pun sampai terlupa karena mempersiapkan segalanya. Jam lima sore semuanya telah selesai, makanan, minuman dan karpet telah dibentang. Walaupun teman yang diundang hanya beberapa orang saja, tapi niat Ibuku membantu luar biasa...mungkin karena aku juga belum pernah mengundang teman-teman secara spesial untuk makan bersama di rumah.

Setelah semua selesai, aku langsung menuju kamar. Entahlah....jujur.... letih dan lapar tidak terasa lagi. Entah kenapa perasaan kecewa terasa begitu berat dibanding semuanya. Aku benar-benar sedih, ternyata apa yang diharap tidak sesuai dengan espektasi. Bodohnya sampai nangis terisak-isak. Mungkin ini terkesan lebay, tapi inilah yang sesungguhnya yang aku rasakan.

Dan mereka pun datang... pas sebelum adzan maghrib berkumandang. Aku mengintip lewat jendela kedatangan mereka ketika memasuki pagar rumahku. Entah kenapa semakin pecah saja tangisan bodoh kayak gini. Mungkin inilah bukti kalau kamu dikecewakan sama orang yang kamu harapkan.

Kedatangan mereka benar-benar tidak ada aku sambut. Bukan karena aku tidak menghormati tamu, tapi aku tak bisa melihat mereka dalam keadaan kecewa kaya gini. Aku mengurung diri di kamar beberapa saat. Berkali-kali mereka telpon enggan aku angkat. Biarlah mereka, mengapa aku harus peduli disaat mereka mengabaikan aku? Pikirku.

Adikku sudah menyuruh aku bertemu mereka yang telah menunggu, melihat sikap aku yang aneh adikku sampai bertanya-tanya. Dan aku pun benar-benar gak tahan hingga melalui grup WA khusus ‘kami’ saja, aku mengirim chat, “Kenapa kalian baru datang? Janji kita semalam gak kayak gini :’( :’( :’( aku demi kalian semua aku tinggalin :’( tapi kalian demikian. Semua udah selesai, kalian tunggu aja.” Dan seperti biasa kata maaf sebagai pelipur dari mereka plus dengan alasan acara baralek tak terduga dari mereka. Senyumin aja...

Mengapa mereka bener-bener setega ini? pikirku. Membiarkan aku menyiapkan segalanya sendiri padahal ini adalah kegiatan bersama yang telah dijanjikan, mengapa mereka baru datang ketika maghrib? Apa yang ada dipikiran mereka saat itu?? apakah mereka ingin memulai memasak bada maghrib? apakah mereka tidak memikirkan kalau aku sendiri??

Seperti aku yang punya hajatan, padahal rencananya adalah kegiatan belajar masak yang hasilnya akan dicicipi oleh anak kelas. Jika aku kejam mungkin saja semua telah aku batalkan secara sepihak, tapi dikarenakan sudah terlanjur mengundang yaa begitulah... mungkin sudah rejeki mereka. Semoga Allah balas segala letih dan niat berserta kesediaan Ibuku.

Terima kasih Ibu yang telah bantuin aku menjamu teman-teman, maafkan anakmu ini yang suka sekali merepotkan. Jujur, dalam kegiatan kami ini tak ada niatan sama sekali membuat Ibuku ikutan sibuk-sibuk karena kami yang akan bekerja. Kalau tau akan seperti ini mungkin gak perlu menambah kecapekan Ibu, karena  jujur pun aku tidak ingin sibuk-sibuk sendiri jika tidak ada yang membantu kecuali emang buat hajatan pribadi keluarga.

Hufftt....

Mungkin dikecewakan oleh teman adalah hal yang lumrah. Maafan lalu selesai. Tapi yang namanya kecewa pasti akan terus teringat. Namanya juga hubungan, tidak ada hubungan yang baik-baik saja dan kalau baik-baik saja pasti ada sesuatu yang dipendam. Namun, jika seorang teman telah mengupayakan yang tebaik cobalah liat dan diperhatikan, apa yang akan kita rasakan bila kita berada diposisi orang yang kita kecewakan.

Janganlah banyak alasan ketika telah lebih dahulu membuat janji dan jika ada sebuah alasan yang rasional mungkin akan masuk akal. Tapi kalau dengan alasan hape rusak padahal punya hape lain untuk menghubungi atau pergi baralek yang sebenarnya bisa diwakilkan apalagi yang mengatakan akan pergi baralek sekitar jam 1 siang tapi baru sampai dirumah maghrib, itu sangatlah tidak rasional sekali, yang katanya otw dari jam 4 sore tapi baru datang magrib makin tidak rasional lagi. Karena jarak rumah yang hanya sekitar 15 menit dan kalau macet paling 20 menitan.

Yapp... aku pun kemudian menyuruh mereka untuk ambil air wudu dan langsung ke kamar aku untuk solat, kemudian aku pergi mandi. Huift... selesai mandi aku Cuma bisa memperhatikan wajah mereka satu satu sambil menanyakan kenapa baru datang. Sekali lagi aku masih mencoba tegar. Mungkin gak separah cerita seoarang anak yang berulang tahun dimana satupun temannya gak ada yang datang pada pesta ulang tahunnya. Tapi yang mananya kecewa hanya kita yang rasa.

Memperlihatkan wajah bahagia pada mereka lain halnya menjadi sebuah topeng hingga acara selesai karena kekecewaan yang tetap saja terasa. Entahlah bila perasaan kecewa itu tidak tertahan. Mungkin aku akan lebih mementingkan egoku untuk membatalkan saja. Wallahualam.

Kalau kata orang kita tidak bisa menilai seseorang dari satu kesalahan. Jika mereka berbuat salah sekali, maka tidak baik langsung men-judge mereka yang tidak-tidak. Bagaimana pun mereka adalah teman dekatku. Yang tau segala baik-burukku. Bercermin diri, aku pun mungkin bukan manusia sempurna, bisa saja aku juga punya salah dimata kalian, tapi masih kalian simpan rapat dan memaafkan aku. Aku juga bukan tipe seorang yang akan lupa kebaikan-kebaikan yang diberi lantas meninggalkan hanya karena satu kesalahan. Tidak ingin punya musuh atau rasa dendam. Bagiku ini semua seperti bumbu-bumbu pemanis yang akan membuat kita semakin dewasa dalam bersikap walaupun sebenarnya pahit terasa diawal.

Terima kasih, Hasna, Irvan, Hafri, Firman, Arizal yang telah datang, kalian mengembalikan mood aku. Dan terima kasih untuk sohibku yang bertiga karena telah datang dan membantu nyuci piring. Terima kasih untuk semuanya...semoga kekecewaan seperti ini tidak terasa lagi. Jangan kecewakan orang-orang terdekatmu. Semoga kita bisa berubah menjadi yang lebih baik lagi.

Wassalam






No comments:

Post a Comment