Hari ini begitu panas, air di botol
minum hijau yang sering aku bawa kini telah habis ku minum. Kini aku duduk termangu menunggu
teman-teman yang tak kunjung datang untuk rapat lanjutan. Katanya ngumpul pukul
setengah dua belas siang, toh
nyatanya sudah setengah jam lewat menunggu. Daripada membuang waktu, aku pun
beranjak pergi dan tunaikan yang wajib dahulu. Ku langkahkan kaki menuju musholla
kampus. Kebetulan adzan zuhur sudah berkumandang.
Fakultas tampak sepi,
lorong-lorong jalan di fakultas menuju musholla yang aku lalui bak pipa raksasa
yang kedap angin dan suara. Aku pun tetap melanjutkan langkah kaki ke musholla
seorang diri dengan rasa sedikit horor. Mungkin ini hanya imanjinasi akibat
kebanyakan menonoton film horor ya. Pikirku.
Aku pun berjalan menuju WC
kampus. Bismillah, ku ambil air wudu.
Setelah selesai berwudu aku merasa segar sedia kala. Yang awalnya aku merasa gerah dan kehausan, kini berubah
menjadi kesegaran. Mungkin inilah yang namanya keberkahan. Mudah-mudahan ya Robb. Aamin.
Setelah tunaikan sholat, aku
duduk di kursi panjang di depan musholla untuk memakai sepatu. Masih dengan seorang diri tanpa siapa pun. Aku
sedikit merasa asing dan bingung kenapa fakultas tetap sesepi ini.
“Kak Zahra!”
Sontak aku pun menoleh ke arah
sumber suara. “Eh…. Si Dul,” kata ku spontan kaget sambil nyengir aneh.
“Tumben sendiri Kak? mana yang
satu lagi?” tanya si Dul. Dul pun ikutan duduk di ujung kursi panjang yang aku
duduki sementara aku juga sedang duduk di ujung kursi yang berlawanan.
“Satu lagi apa ni Dul? Udah ngagetin,
sekarang di bom pertanyaan ihh,” jawabku polos sambil sibuk memasang tali sepatu.
Nama aslinya adalah Abdullah, lebih sering di panggil si Dul. Seorang adik
junior di kampusyang tampan, aktif, cerdas, luas wawasan agamanya hingga tak
jarang terkadang di panggil Ustadz.
“Itu loh, cowok yang selama ini
barengan turus sama Kakak?”
Aku menoleh ke si Dul dengan muka
datar kemudian tersenyum kecut. Aku alihkan pandangan ke arah yang lain. Pertanyaan
itu membuat aku diam seribu bahasa. Sesaat suasana aku buat berubah menjadi
hening tak bernyawa karena pertanyaan si Dul yang tak langsung kujawab.
Beberapa detik pun berlalu.
“Kami udah punya jalan
masing-masing Dul,” jawabku dengan bingkai wajah sumringah.
“Lah, bukannya kalo jalan emang
masing-masing ya Kak, emangnya kakak dan dia jalan sambil gendongan apaah? haha”
kata Dul tertawa dengan lepas dan gaduh.
Aku pun telah selesai memakai
sepatu dan langsung aku sahut candaan si Dul. “ Yaelah Dul, Kakak jawab serius
ini loh, pandai amat yaak kalo becanda, multi talent, sekalian ikutan stand
up komedi aja gih!” jawabku dengan nada cerewet ingin memojokkan si Dul
itu.
“Hehe… maap kak, gak maksud gitu,
biar cairin suasana aja loh kak.”
“Ye lah…yelahh…” jawabku dengan
pasang muka cuek.
“Duluan ya Kak, mau pulang lagi
nii...” kata si Dul berdiri sambil melihat jam tangan hitam yang melingkar
ditangannya.
“Cepet amat pulangnya, temenin
Kakak ngobrol kek disini, kakak lagi nungguin temen. Lagian fakultas kita kok hari
ini aneh banget ya, gak ada orang,” kataku sambil celingak-celinguk kiri-kanan.
“Ya ampun kak, kemana aja sih?”
tanya Dul tertawa lebar. Aku pun mengerutkan dahi sambil berpikir. Apakah mungkin ada sesuatu yang aku
lewatkan? Batinku. “Fakultas kita kan lagi ada acara di PKM kak, jadi
orang-orang pada kesana semua, emang gak ada yang kasih tau kakak?” sambung si Dul.
Sekilas dengan sigap, ku rogoh kantong rok dan
aku raih HP sambil ngecek HP. “Amsyooooooongg,
HP pakek mati segala ternyata sejak tadi, sama sekali gak ada ngecek HP Dul.”
“Haha, anak kekinian ada gitu ya
lupa cek HP,” sahut si Dul nyengir ngejek memperlihatkan giginya yang rapi itu.
Akhirnya Dul nyaranin buat ikutan
aja sama dia pergi ke acara Fakultas karena akan ada banyak bazar dan kegiatan disana.
Sayang banget kalau langsung pulang. Aku pun memutuskan untuk pergi dari
fakultas dan ikut bersama Dul.
Sambil berjalan kaki ke arah PKM
yang cukup jauh, kami berdua sedikit banyak bercerita. Si Dul dengan
aktivitasnya yang mulai disibukkan dengan berbagai kegiatan dan lomba sedangkan
aku bercerita tentang kegiatan
perkuliahan dan pekerjaan rumah yang seabrek. Mungkin ceritaku sedikit
membosankan ketimbang cerita si Dul. Ya…Dul sedikitnya membuat aku kagum
padanya. Jarang-jarang anak muda kayak Dul udah memiliki segudang potensi dan
prestasi yang luar biasa. Aku akui kalau aku sedikit malu menjadi kakak
seniornya. Huuufftt….
“Dul, bagaimana cara kamu
ngelakuinnya dan bisa seperti ini?? Kakak kenal kamu dari SMA Dul dan kakak tau
betul kamu dulu tidak seperti ini, kamu pernah terpuruk karena ‘dia’ dan semua karena ‘dia’,
Dul ingat kan waktu Dul curhat di sekre dulu ke kakak? pokoknya kamu berubah
Dul…” tanyaku sedikit malu dan dengan suara yang mulai tenggelam.
“Iya kak, Dul sadar dengan
perubahan sekarang ini Kak. Dul bersyukur atas semua yang terjadi sebelumnya. Dan
Dul seneng banget bisa seperti ini, setidaknya Dul bisa ngebahagiain
orang-orang udah pasti sayang sama Dul. Dul ngerti apa maksud pertanyaan Kakak
barusan,” ujar Dul seraya tersenyum ke arahku lagi.
Selama diperjalanan menuju PKM Dul
pun bercerita panjang lebar tentang sekelumit kisah yang ia lalui sejak ia berpisah dengan seorang
sosok yang pernah ia sayangi. Dul juga bercerita kalau dia telah berusaha
iklhas namun hatinya terkadang masih belum bisa menerima, berusaha menyibukkan
diri dengan hal-hal positif, dan pastinya Dul sadar kalau hidup ini pasti ada
ujian dan perlu ada motivasi.
Hari itu pun berlalu, Dul
setidaknya membuka mata ku yang sempat dihinggapi oleh debu. Debu yang membuat mataku
perih berkepanjangan, hingga mengeluarkan buturan air mata kesakitan. Bahkan air mata yang terus mengalir itu pun tak kunjung berhenti meskipun aku seka dengan jari-jemari.
Dul berkata pada ku,”Jangan karena satu momen bullshit,
momen-momen bahagia, senang, dan positif yang Kak Zahra punya jadi sia-sia gitu
aja, jangan kita kayak pribahasa ‘karena nila setitik rusak susu sebelanga.’
Coba deh manfaatkan sesuatu yang benar-benar ada disekeliling kita Kak!” Kata
Dul dengan wajah semangat.
Dul benar, semua yang Dul katakan
benar. Apakah mungkin aku bisa seperti Dul? Pertanyaan yang aku beri ke Dul membuat
aku sedikit tertampar. Merasa konyol karena berusaha memenangkan hati orang lain, tetapi hati sendiri
terpuruk. Pertanyaan yang aku lontarkan ke Dul membuat aku harus flashback kembali, terpaksa harus teringat dan memikirkannya lagi hingga membuka
luka lama yang sebenarnya udah di close
book.
Ada perkataan super Dul kepadaku ketika
itu, dimana perkataannya terngiang terus ditelingaku hingga kini, “Kak, masa lalu dan kenangan buruk itu
ibarat mata pisau yang tertancap di dalam hati. Jika mata pisau dibiarkan terus tetap menancap,
maka kita akan terus-menerus merasakan sakit bahkan sakitnya itu tak akan
hilang dan semakin bertambah. Bagaimana cara agar mata pisau yang tertancap itu
terlepas dan hilang? Caranya itu tak lain tak bukan dimulai dari diri kita
sendiri dan hanya diri kita yang bisa melakukannya.
Pertama, Cabutlah mata pisau itu dengan tangan kita sendiri, cabutlah perlahan-lahan
agar tidak terlalu sakit, cabutlah mata pisau itu dengan lembut agar tidak
mengoyak sisi hati yang lain. Kemudian setelah terlepas buanglah mata pisau itu
jauh-jauh. Sekarang hati kita bisa terlepas dari mata pisau yang menyakitkan
itu dan hati kita akan mulai menyembuhkan dirinya sendiri. Meskipun luka yang
sembuh itu akan meninggalkan bekas. Namun, bekas itu setidaknya mampu menutupi
luka lama tersebut.”
Makasih Dul atas waktu, cerita,
saran dan motivasi yang kamu berikan ke Kakak. Meskipun kakak tau ini gak mudah
bagi kamu sebelumnya tentunya buat kakak yang labil ini. Kakak akan berusaha
dan belajar semangat darimu Dul.Tetaplah menjadi bintang yang paling terang,
biarkan sinarmu menuju kesegala arah, memberikan cahaya semangat kepada siapa
pun yang meminta petuahmu. Moga kau kelak menjadi sesosok yang arif dan
dikagumi banyak orang.
Pelajaran berharga memang tak
harus didapat dari orang-orang yang lebih tua. Bahkan yang muda pun dapat
mengerti selama kaya pengalaman dan cara yang mereka lakukan benar dan bisa
membuat mereka bangkit dari keterpurukan masa lalu.
by. Laila
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum hehe...Nah, cerita diatas hanya fiksi belaka ya Guys. Mudah-mudahan dapat kita ambil pelajaran bagi kita semua dan khususnya buat aku sendiri. Itu hadiah buat blog kesayangan dari aku karena udah lama banget gak ada update blog -_- :p Senang deh rasanya bisa kembali menulis setelah sekian lama gak ada menghiasi blog dengan kata-kata. Senang bisa kembali meluangkan waktu buat menulis. Gak terasa juga kita udah berada di penghujung tahun 2015.
Keep spirit buat kita semua ya guys!! I love you more. See you next time. Wassalam
No comments:
Post a Comment